Posted by : Unknown
Jumat, 17 Mei 2013
Setitik kerguan pada bulan bahasa
Sudah menjadi tradisi, setiap tanggal 28 oktober,
mendadak berubah menjadi semacam sanggar seni tempat para siswa berlomba
membaca puisi, pidato, bernyanyi dan kadang berseminar tentang persatuan dan
berbahasa yang baik dan benar. Pada tanggal itulah, 84 tahun yang lalu,putera
dan puteri indonesia yang bergabung dari berbagai suku dan etnis bersatu dan
mengikrarkan sumpah pemuda:
Kami putra dan putri indonesia,
mengaku berbangsa satu, bangsa indonesia
Kami putra dan putri indonesia,
mengaku bertumpah darah satu, tanah air indonesia.
Kami putra dan putri indonesia,
menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa indonesia
Masihkan jiwa dan semangat
persatuan berpijar di dalam diri kita? Masihkan sebagian besar dari kita,
ketika berpidato, mengawali sambutan dengan mengatakan “yang tergormat” alih-alih mengatakan “kepada yang terhormat” karena “kepada”
yang digabungkan dengan “yang terhormat”
menjadi frase yang mubazir.
Kita berhadapan bahasa amiguitas
berbahasa semacam ini dari waktu ke waktu, seperti kita yang keliru mengatakan
“mengejar ketertinggalan” ketika
seharusnya kita mengatakan ‘mengejar
kemajuan’. Ketertinggalan kok dikejar-kejar, pantesan negara kita tidak
maju-maju.... sepertinya bara api yang pernah dikobarkan para pemuda kita itu
tergerus oleh waktu. Berbahsa indonesia yang baik dan benar ini makin
diperparah lagi dengan trend-trend serta pengacak-acakan unsur-unsur bahasa
hingga bahasa kata-kata. Dan tanpa perasaan bersalah mengubah fungsi angka 4
menjadi huruf A, angka 5 menjadi huruf S dan seterusnya... sehingga “PERGI KE
SEKOLAH” menjadi “54Y4 P312G1 K3 S3K0L4H” tanpa kita sadari, kita telah
melecehkan sumpah yang diliputi dengan rasa kebanggan. Perjuangan pelopor rasa
kebangsaan itu menjadi sia-sia.
Kami mati muda. Yang tinggal
tulang diliputi debu
Kenang, kenanglah kami
Kami sudah coba apa yang kami
bisa
Tapi kerja belum selesai, belum
apa-apa
Kami sudah beri kami punya jiwa
(kutipan dari puisi
“kerawang-bekasi”, karya Chairil Anwar)
Kiranya, tidak berlebihan haapan
pemuda untuk lebih memaknai Bulan Bahsa. Semoga Bahasa Indonesia bertambah jaya,
bertambah perkasa dalam memperberat rasa persatuan dan kesatuan bangsa,
masyarakat dan juga keluarga.
Nawa. Diberdayakan oleh Blogger.